Tembaga dalam ayat-ayat Al-Qur’an

1 comment

Pendahuluan

ains adalah produk manusia yang membawa perubahan besar dalam tata kehidupan mereka. Penelitian sains telah ada jauh sebelum Al-Qur’an turun. Namun dalam praktek yang ada, sekarang ini banyak ilmuwan yang mempelajari Al-Qur’an guna penelitian Sains. Mereka baru sadar jika terdapat sebuah referensi terbaik untuk itu semua. Namun yang jadi masalah adalah bahwa yang meneliti itu semua lebih  banyak dari ikmuwan non muslim. Sedangkan ilmuwan muslim hanya menjadi pelengkap bahkan penonton saja.
Ironis sekali jika seorang Muslim tidak dapat melakukan penelitian apa pun yang tersembunyi dalam ayat Al Qur'an. Karena dalam ayat pertama yang datang ke Rosulullah adalah untuk membaca. Ini berarti bahwa semua Muslim harus mampu berpikir kritis terhadap apa yang tertulis dalam ayat Al-Qur’an, baik secara implisit ataupun eksplisit , terutama tentang pengetahuan. Karena antara agama dan pengetahuan berjalan berjalan beriringan.
Jika kita menengok tentang bagaimana peradaban Islam sepuluh abad yang lalu, kita akan tahu jika di era keemasan peradaban Islam itu disebabkan oleh pertumbuhan ilmu pengetahuan. Tetapi setelah mereka menjadi lebih unggul daripada yang lain, mereka lupa satu hal dalam yang mutlak ada dalam sebuah negara, yaitu pertahanan. Jadi, orang-orang Barat dengan spirit Renaisance menyerang Islam dan mengambil beberapa literatur Islam yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa mereka.
Saat ini, negara-negara Muslim mencoba untuk merekonstruksi budaya pengetahuan mereka. Mereka belajar keras di negara Barat dalam rangka untuk dapat belajar dan mengetahui lebih banyak tentang ilmu pengetahuan. Mereka menyadari bahwa di era sekarang, penemu atau peneliti besar itu berasal dari masyarakat barat. Jadi tidak mengherankan jika mereka lebih maju dari kita.
Dalam pembahasan ini agar tidak melebar kemana-mana, maka pemakalah akan fokus membahas tentang ayat-ayat al-quran yang dikhususkan pada permasalahan tembaga. Tembaga banyak disebut dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam pembahasan kali ini.

Pembahasan

a)      Korelasi ayat Al-Qur’an dan sains
Dalam meneliti atau memahami ayat kauniyah, kita harus memposisikan Al-Qur’an pada posisi yang tepat. Sebab Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam yang menampung seluk beluk kehidupan manusia. Dalam mempelajari, kita tidak boleh melihat kuantitas ayat tentang suatu hal. Melainkan juga pada ayat-ayat yang menghalangi ilmu pengetahuan. Karena dalam mempelajari ayat kauniyah kita akan dihadapkan pada dua sisi yang terkadang saling bertolak belakang.

Membahas hubungan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul di dalamnya, bukan pula dengan menunjukkan kebenaran teori-teori ilmiah, tetapi pembahasan hendaknya diletakkan proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kemurnian dan kesucian Al-Qur’an dan sesuai pula, dengan logika ilmu pengetahuan itu sendiri. Membahas antara Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan melihat, misalnya adakah teori relativitas atau bahasan tentang angkasa luar; ilmu computer tercantum dalam Al-Qur’an; tetapi yang lebih utama adalah melihat adakah jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah satu ayat Al-Qur’an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan.[1]

Melihat apa yang dikatakan M. Quraish Shihab dalam pernyataan diatas,mengisyaratkan bahwa untuk mempelajari ayat-ayat kauniyah kita harus menggunakan metode keseimbangan dan timbal balik. Maksudnya adalah kita harus dapat melihat proporsi al-Qur’an dan juga sains. Karena terkadang sebuah pengetahuan akan berlawanan dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an atau sebuah ayat Al-Qur’an akan berlawanan dengan pengetahuan yang sudah mapan dalam masyarakat. Jika demikian, kita harus bisa mencari titik temu antara kedua hal yang berlawanan tersebut. Caranya adalah dengan mencari hal yang lebih dapat dimengerti oleh masyarakat luas.

b)      Ayat-ayat yang berhubungan dengan tembaga

1)      Kahfi 96
آَتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آَتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا
Berilah aku potongan-potongan besi, hingga apabila besi itu sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: tiuplah (api itu). Hingga apabila besi itu telah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: berilah aku tembaga (yang mendidih) agar ku tuangkan ke atas besi panas ini”.
Dari ayat ini timbul banyak penafsiran tentang makna qithr. Tetapi dari kebnayakan penafsiran, memaknai qithr dengan kata tembaga (yang meleleh). Ayat ini turun bertujuan untuk menceritakan tentang ketakutan penduduk suatu wilayah dari ancaman Ya’juj dan Ma’juj. Sehingga mereka meminta kepada Dzulqarnen untuk membuat benteng pertahanan. Dalam satu riwayat dijelaskan kalau Dzulqarnen dibantu oleh banyak ahli logam.
Namun dalam perkembangannya, terdapat kesangsian tentang pemaknaan kata qithr. Dalam penafsiran kontemporer kata qithr dapat diartikan sebagai; (molten) copper (tembaga yang meleleh/mendidih), (molten) lead (timah yang meleleh), (molten) brass (kuningan yang meleleh), dan tar (ter/tir). Untuk membuktikan pemahaman itu dapat ditilik dari perspektif sains modern. Dimana baja itu terbuat dari campuran besi dan karbon. Hal ini sesuai dengan ilmu metalurgi, yang menjelaskan jika baja dibuat dari dua unsur yaitu besi dan karbon. Selanjutnya jika kita amati, ter/tir [2](yang berwarna hitam yang merupakan campuran aspal dan minyak dan bisa juga disebut sebagai minyak mentah) jelas banyak mengandung unsur karbon

2)      Surat Saba’: 12
وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْروَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَمَنْ يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ
“Dan Kami (tundukkan) angin bagi sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan pula. Dan kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin tuhannya. Dan siapa yang menyimpang diantara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala”.
            Setelah dijelaskan pada ayat sebelumnya tentang anugerah Allah yang diberikan kepada Nabi Daud, selanjutnya dijelaskan pada ayat ini tentang anugerah yang diberikan kepada Nabi Sulaiman, anak dari Nabi Daud. Anugerah yang diberikan Allah kepada Sulaiman adalah dengan ditiupkannya angin yang digunakan untuk mengembangkan layar kapal-kapalnya. Angin yang dianugerahkan Allah kepada Sulaiman bertujuan agar memudahkan pelayaran dalam memperluas wilayah kekuasaannya. Sehingga dengan adanya tiupan angin yang sama dengan perjalanan sebulan menjadikan jarak yang jauh menjadi cepat tertuju.
Anugerah lain yang diberikan kepada Nabi Sulaiman adalah berupa tembaga yang mengalir di wilayah kekuasaannya. Tetapi jika kita melihat penafsiran pada surat Kahfi ayat 96, dengan memberikan makna ter atau tir untuk kata qithr akan menjadikan kita lebih jelas tentang makna qithr tersebut. Sebab, jika masih mengunakan kata tembaga atau sejenisnya, akan menimbulkan penafsiran tambahan, berupa kata meleleh.
3)      Arrahman 35
يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِنْ نَارٍ وَنُحَاسٌ فَلَا تَنْتَصِرَانِ
Kepada kamu, (jin dan manusia) di lepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kami tidak dapat menyelamatkan diri (daripadanya)”.
Dalam ayat ini dijelaskan tentang siksa Allah yang sangat pedih. Yaitu berupa cairan tembaga yang sangat panas. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya lafadz syuwazh yang beratikobaran api tanpa asap. Keadaan panas yang tanpa asap menandakan kesempurnaan panas itu. Dan juga kata nuhas yang berarti tembaga. Tembaga adalah salah satu logam yang mempunyai titik lebur yang tinggi. Bahkan disitu dijelaskan keadaan yang mendidih. Apabila cairan itu dituang ke tubuh manusia, maka akan terasa sangat sakit sekali.
Namun menurut sebagian besar penafsir, jika siksa seperti ini hanya akan diterima mereka yang membangkamg dari perintah Allah di hari kiamat kelak. Sebab, jika siksa itu diberikan di dunia maka akan menimbulkan sebuah pemandangan yang sangat mengerikan. Dalam kisah Al-Qur’an diceritakan bahwa Siti Masithah dihukum Fir’aun dengan dimasukkan kedalam minyak yang mendidih. Sedang kita semua tahu dengan terperciknya minyak goring yang mendidih saja bias membuat tangan kita melepuh. Selanjutnya kita tidak bias membayangkan bagaimana rasanya disiram cairan tembaga.

 Kesimpulan

Dari penafsiran diatas dapat ditarik kesimpulan kalau kata qithr dapat diartikan sebagai cairan tembaga. Terdapat berbagai penafsiran lain tentang makna qithr, antara lain; (molten) copper (tembaga yang meleleh/mendidih), (molten) lead (timah yang meleleh), (molten) brass (kuningan yang meleleh), dan tar (ter/tir).[3]
Kemudian jika di aplikasikan pada surat Saba’ ayat 12, maka akan didapatkan sebuah pemahaman yang sangat rasional. Dimana Sulaiman dianugerahi limpahan minyak yang berlimpah. Karena jika kata qithr ditafsirkan sebagai tembaga, maka butuh penafsiran tambahan berupa kata meleleh. Untuk itu, penulis lebih suka menggunakan kata ter atau tir untuk menafsirkan kata qithr.



Daftar Pustaka
  1. Ar-Razy. At-Tafsir Al-Kabir Mafatih Al-Ghaib. Beirut: Daar Al-Kitab Al-‘Ilmiyyah,
  2. Ichwan, Mohammad Nor, Tafsir Ilmiy: Memahami al-Qur’an melalui Pendekatan Sains Modern. Yogyakarta: Penerbit Menara Kudus Jogja, 2004.
  3. Purwanto, Agus. Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Al-Qur’an yang Terlupakan. Bandung: Mizan Pustaka, 2008.
  4. Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati, 2005. http://beta.quran.com/id/55/1-40/#34/ (diakses pada tanggal 26 maret 2012)
  5. http://alisaid.wordpress.com/2007/09/30/bagaimana-cara-membuat-baja-menurut-al-qur%E2%80%99an/
  6. http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2672&Itemid=67
  7. http://beta.quran.com/id/55/1-40/#34/ 
  8. http://hardiananto.wordpress.com/2008/12/10/pengetahuan-besi-dalam-al-quran/ 
  9. http://khansa-khairunisaa.blogspot.com/2011/09/kisah-yajuj-dan-majuj-dalam-al-quran.html 



[1] Lihat Mohammad Nor Ichwan, Tafsir Ilmiy: Memahami al-Qur’an melalui Pendekatan Sains Modern (Yogyakarta: Penerbit Menara Kudus Jogja, 2004) sebagaimana di kutip dari ( Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1999) cet. XIX, h. 41).
[2] Ter atau tir adalah sebuah minyak bumi yang hitam dan sering dijadikan sebagai aspal.
[3] http://alisaid.wordpress.com/2007/09/30/bagaimana-cara-membuat-baja-menurut-al-qur%E2%80%99an/

Related Posts

1 comment

  1. mas bro,, ane mau nanya neh
    knp ya kira2 dr sekian banyak logam yg ada di bumi tapi campuran besi panas dan tembaga cair yg di gunakan utk membuat dinding ya'jud ma'jud,,,,?
    adakah ke istimewaan dr campuran ke 2 logam tersebut bila di bandingkan dgn campuran logam lain,,??
    terimakasih atas jawabannya

    ReplyDelete

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter