Salah kaprah tentang anggapan tugas Walisongo yang belum sempurna.
Banyak kalangan yang menganggap bahwa ajaran walisongo tentang islam terhadap masyarakat indonesia khususnya jawa masihlah belum sempurna. Hal itu merujuk kepada fakta bahwa masih banyak kebudayaan-kebudayaan, adat, kebiasaan maupun filosofi hidup orang jawa yang masih terpengaruh oleh ajaran agama hindu budha maupun nenek moyang mereka.
banyak sekali contoh yang masih bisa dilihat dari adat kebiasaan orang jawa yang masih terpengaruh oleh hindu budha. Beberapa diantaranya adalah selamatan satu hari sampai dengan seribu hari kematian keluarga mereka. bahkan di kalangan kyai dan santri ada sebuah kebudayaan haul kematian pengasuh atau pendiri suatu pondok pesantren yang diperingati setiap tahunnya.
Namun berakhirnya estafet kewalian para Walisongo pun menyisakan pertanyaan besar. pasalnya menurut catatan sejarah walisongo sendiri pun memiliki beberapa periode dalam mengemban tugas penyebaran agama islam. para wali songo yang berjumlah 9 akan diganti ketika salah satu diantara mereka meninggal dunia atau kembali ke tempat asal mereka seperti Raden Ahmad Ali Rahmatullah, datang ke Jawa pada tahun 1421 M menggantikan Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M. Sayyid Ja’far Shodiq berasal dari Palestina, datang di Jawa tahun 1436 menggantikan Malik Isro’il yang wafat pada tahun 1435 M. Beliau tinggal di Kudus sehingga dikenal dengan Sunan Kudus. Raden Said, atau Sunan Kalijaga, kelahiran Tuban Jawa Timur. Beliau adalah putra Adipati Wilatikta yang berkedudukan di Tuban. Sunan Kalijaga menggantikan Syekh Subakir yang kembali ke Persia. Sehingga tercatat ada 8 periode atau pergantian pada wali songo.
oleh sebab itu berakhirnya tugas walisongo dianggap sebagai sempurnanya tugas mereka dalam mengemban dakwah islam di nusantara. kendati masih ada banyak adat-istiadat maupun kebiasaan masyarakat yang masih terpengaruh nenek moyang mereka hal itu dianggap sebagai watak atau jati diri suatu bangsa. Jati diri yang tidak bisa diubah oleh siapapun. Karena jika telah ditelisik lebih dalam, sesungguhnya Jawa telah matang dan sudah dewasa dalam segala hal baik kesenian, bahasa, aksara, filosofi hidup, maupun kepercayaan.
Para Walisongo sadar betul bahwa selain masyarakat Jawa yang sudah matang juga agama adalah sebuah budi pekerti. Meski ajaran Islam telah masuk ke dalam dada masyarakat jawa, namun mereka tetaplah orang jawa dan bukanlah orang Arab maupun China. Unggah ungguh, tepa selira, dan gotong royong adalah sekelumit karakter yang tak bisa dirubah.
By: Kim
Banyak kalangan yang menganggap bahwa ajaran walisongo tentang islam terhadap masyarakat indonesia khususnya jawa masihlah belum sempurna. Hal itu merujuk kepada fakta bahwa masih banyak kebudayaan-kebudayaan, adat, kebiasaan maupun filosofi hidup orang jawa yang masih terpengaruh oleh ajaran agama hindu budha maupun nenek moyang mereka.
banyak sekali contoh yang masih bisa dilihat dari adat kebiasaan orang jawa yang masih terpengaruh oleh hindu budha. Beberapa diantaranya adalah selamatan satu hari sampai dengan seribu hari kematian keluarga mereka. bahkan di kalangan kyai dan santri ada sebuah kebudayaan haul kematian pengasuh atau pendiri suatu pondok pesantren yang diperingati setiap tahunnya.
Namun berakhirnya estafet kewalian para Walisongo pun menyisakan pertanyaan besar. pasalnya menurut catatan sejarah walisongo sendiri pun memiliki beberapa periode dalam mengemban tugas penyebaran agama islam. para wali songo yang berjumlah 9 akan diganti ketika salah satu diantara mereka meninggal dunia atau kembali ke tempat asal mereka seperti Raden Ahmad Ali Rahmatullah, datang ke Jawa pada tahun 1421 M menggantikan Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M. Sayyid Ja’far Shodiq berasal dari Palestina, datang di Jawa tahun 1436 menggantikan Malik Isro’il yang wafat pada tahun 1435 M. Beliau tinggal di Kudus sehingga dikenal dengan Sunan Kudus. Raden Said, atau Sunan Kalijaga, kelahiran Tuban Jawa Timur. Beliau adalah putra Adipati Wilatikta yang berkedudukan di Tuban. Sunan Kalijaga menggantikan Syekh Subakir yang kembali ke Persia. Sehingga tercatat ada 8 periode atau pergantian pada wali songo.
oleh sebab itu berakhirnya tugas walisongo dianggap sebagai sempurnanya tugas mereka dalam mengemban dakwah islam di nusantara. kendati masih ada banyak adat-istiadat maupun kebiasaan masyarakat yang masih terpengaruh nenek moyang mereka hal itu dianggap sebagai watak atau jati diri suatu bangsa. Jati diri yang tidak bisa diubah oleh siapapun. Karena jika telah ditelisik lebih dalam, sesungguhnya Jawa telah matang dan sudah dewasa dalam segala hal baik kesenian, bahasa, aksara, filosofi hidup, maupun kepercayaan.
Para Walisongo sadar betul bahwa selain masyarakat Jawa yang sudah matang juga agama adalah sebuah budi pekerti. Meski ajaran Islam telah masuk ke dalam dada masyarakat jawa, namun mereka tetaplah orang jawa dan bukanlah orang Arab maupun China. Unggah ungguh, tepa selira, dan gotong royong adalah sekelumit karakter yang tak bisa dirubah.
By: Kim
Post a Comment
Post a Comment